Hari ke 14, Petualangan Travelschooler, Batu 2018

Hari ke 14;

16 Maret 2018 Bangun pagi sholat subuh, kemudian membangunkan Sang Jagoan untuk sholat juga. Keluar kamar kira2 jam 6 untuk ketemu papa mau upacara minum kopi dan persiapan sarapan pagi yang dijadwalkan jam 7. Kami duduk2 di rumah Ingkung di bagian atas dekat pintu masuk. Baru duduk sebentar sudah banyak bapak2 lain ikutan nimbrung. Ramailah suasana dengan guyonan segar yang saling bersahut2an.

Setelah sarapan pagi, ada kelas renang untuk anak2 dan untuk orang tua ada kelas seperti biasa di hall utama, ada materi dari Pak Dodik dan Bu Septi, serta ada class for friends. Setelah sang Jagoan selesai berenang, ada acara outbound anak, memetik jambu dan berman kotor2an di sawah. Sang jagoan pun antusias untuk ikut serta. Naik pick up tanpa didampingi orang tua, hanya kru darintaman dolan dan beberapa orang tua yang ikut serta karena anaknya nggak mau di tinggal sendiri. Alhamdulillah sang Jagoan mau berangkat tanpa kami. Setelah mengantar dia berangkat, kami duduk2 ber 2 di tepi kolam renang mengobrolkan banyak hal sampai sang Jagoan pulang lagi dari acara outbound.

Sang Jagoan datang dengan badan kotor semua, mandi dan siap2 untuk sholat jum’at. Tapi ternyata sudah di tinggal papa berangkat duluan. Jadi dia sholat dzuhur bareng mamanya di mushola. Acara makan siang mulai jam 12.30, lalu dilanjut dengan class for friends. Untuk anak2, sang Jagoan memilih robotik. Dia cukup antusias mengikuti kelas.

Dilanjutkan dengan festival dolanan dari remaja Perak, ada egrang, holahop dan bakiak, sangat seru. Tapi kemudian gerimis turun, banyak peserta yang langsung berhamburan menuju hall utama. Class for friends dimulai dengan berbagai macam kelas, ada merias, menjahit, tallent mapping for couple, dll. Saya ikut kelas menjahit, walaupun akhirnya harus menyerah di tengah jalan heee… dan memilih untuk menemani sang Jagoan bermain. Hujan bertambah deras. Tetap berdiam di hall utama menjadi pilihan kami sampai acara makan malam. Setelah itu dilanjutkan dengan pembagian give away.

Acara selesai kira2 jam 10 malam, menuju ke kamar masing2. Dan Sang Jagoan kembali tidur di kamar cewek bersama saya. Setelah Sang Jagoan tidur, para emak2 melanjutkan tacit di kamar sampai lumayan malam, tapi saya sudah tertidur dulu sebelum tacit selesai…

Hari ke 13 Petualangan Travelschooler, Malang – Batu 2018

Hari ke 13;

15 Maret 2018 ini, kami harus bergeser ke Batu untuk mengikuti acara Perak 2018. Dari pagi, kami sudah mulai nyicil packing, trus dirapikan papa, sekalian dengan arang dan karpet talang. Sebagian baju akan kami paketkan pulang. Mengurangi bawaan yang dibawa ke acara Perak. Setelah sarapan, kami keluar untuk mengirim paket, membeli buku gambar dan kertas kado untuk acara tukar kado besok. Alhamdulillah, selesai.

Segera pulang ke hotel lagi dan papa meneruskan packing barang2 yang tersisa, saya membungkus kado, meneruskan membuat ecobrick yang harus dikumpulkan besok. Sang Jagoan leyeh2 di kasur. Sekitar jam 12 setelah sholat dzuhur, kami check out dari hotel. Ember yang kami beli kemarin untuk firewalk, kami tinggal di hotel.

Menuju Taman Dolan, sekitar 1,5 jam dari hotel. Sampai di sana langsung naruh barang dan keluar lagi membeli susu. Ternyata kamar kami benar2 pisah, ada kamar ibu2 dan bapak2. Sang Jagoan dapat jatah sekamar sama papa. Datang dan makan siang dulu sebelum bisa masuk ke kamar. Kamar saya dijatah sekitar 13 orang termasuk anak2. Agak canggung rasanya harus sekamar dengan yang belum terlalu kenal, dari sekian nama di daftar, cuma bu Dewi yang saya kenal. Ini pertama kali kami pisah kamar selama ikut acara2 seperti ini. Sebenarnya nggak bisa bayangin juga sih mau gimana nanti malem.

Setelah menaruh barang di kamar, saya segera keluar lagi. Acara pertama adalah kumpul di hall utama. Baru saja acara pembukaan berlangsung beberapa menit, sang Jagoan sudah mulai bosan. Saya pun segera mengikutinya bermain di luar. Alhasil kami bermain “bakiak” bersamanya, kemudian dia main ayunan. Fokus kami kali ini untuk membuatnya nyaman, lebih mementingkan menemani dia main. Kalaupun bisa dapat materi, alhamdulillah. Mungkin tahun depan kami bisa ikut kelas full. Bisa bertemu dan berkumpul dengan keluarga2 keren di forum ini saja sudah luar biasa, apalagi diambah bisa sedikit ngobrol dengan guru kami, bisa ketemu dengan Bu Septi dan Pak Dodik sekeluarga sudah menjadi pengalaman yang sangat istimewa. Ada sesi anak bermain, ada egrang, bakiak, holahop juga.

Malam harinya saat kami mau nyangkruk ber 2 sambil membuat kopi, datang bapak2 yang kemudian nimbrung ngobrol bersama kami. Sampai sang jagoan mengantuk. Akhirnya dia tidur di kamar ibu2 karena papa masih nglanjutin tacit bersama bapak2 yang lain. Alhamdulillah dapat jatah tempat tidur di bagian atas dan sekasur bersama bu Noor. Sempat ngobrol sebentar sama bu Noor sebelum tidur, dan dapat give away dari bu Noor juga. Sebuah gamis cantik yang dijahit sendiri sama bu Noor. Gamis pertamaku, terimakasih bu Noor.

APAPUN SEKOLAHNYA, YANG PENTING ORANG TUANYA

Oleh : Hilmi Firdausi

Sebagus atau semahal apapun sekolah anak-anak kita, sama sekali bukan jaminan untuk menghasilkan anak yang sholih dan sholihah, anak yang berakhlaqul karimah. Saya berkata ini karena sudah hampir 15 tahun mengelola lembaga pendidikan, berinteraksi dengan banyak stakeholder pendidikan, bergaul dengan berbagai kalangan dari dunia pendidikan… Sehingga bisa mengambil sebuah kesimpulan, bahwa SEKOLAH TERBAIK ADALAH KELUARGA, terutama untuk anak-anak sampai dengan usia SD.

Adalah sebuah kemustahilan jika kita mengharapkan anak-anak kita “berakhlaq baik” sedangkan di rumah orang tuanya :

● sering bertengkar

● sering marah-marah

● sering berkata kasar

● cuek pada anak2nya.

Juga menjadi “Mission (almost) Impossible” jika mengharapkan anak-anaknya menjadi anak yang taqwa, rajin sholat (berjamaah di Masjid bagi yang pria), mampu menghafal Qur’an dengan baik, semangat dalam menuntut ilmu terutama Ilmu Agama Jika orangtuanya :

● cuek terhadap agama

● Ayahnya malas sholat berjamaah di Masjid,

● Bunda juga seringkali sholat tidak di awal waktu.

● Ayah Bunda malas menuntut Ilmu Agama, menghadiri Kajian-kajian keislaman.

●Ayah Bunda jarang berinteraksi dengan Al-Qur’an,dsb dsb.

Perlu sahabat semua ketahui, “Panutan anak-anak adalah orangtuanya, bukan gurunya” Sebagian anak-anak bahkan bercita-cita ingin seperti orangtuanya. Ayah bagi seorang anak laki-laki adalah role model, sedang bagi anak perempuan Ayah adalah “first love” mereka.

Bunda… Terlebih seorang Bunda, baik anak laki-laki dan perempuan banyak yang menjadikan sosok bundanya sebagai “malaikat pelindung”.

Satu rahasia kecil, para ulama dan orang bijak terdahulu jika mendapati anaknya berbuat kurang baik, berkata tidak jujur, sulit diatur… maka mereka pertama akan menyalahkan diri mereka sendiri, bahkan menghukum diri mereka sendiri..

kenapa anak-anak saya bisa seperti ini?

Apakah saya telah berbuat dosa?

Apakah ada makanan haram yang saya berikan untuk anak-anak saya?

Itulah sejatinya orangtua yang baik.Setiap ada kejadian yang kurang mengenakkan tentang buah hati, mereka langsung bermuhasabah, bukan menyalahkan si anak, bukan menyalahkan orang lain, bukan mengkambinghitamkan sekolah dan lingkungan, walau secara keseluruhan ada juga faktor-faktor pemicu kenakalan anak-anak kita, namun Faktor terbesar adalah kelalaian orangtuanya.

Jadi, memang baik mencari Sekolah yang terbaik untuk buah hati kita, namun lebih dari itu semua… Mari kita sebagai orangtua belajar menjadi guru kehidupan buat anak-anak kita. Guru yang akan terus dikenang baik dan buruknya oleh anak-anak kita. Guru yang tidak hanya mengantarkan anak-anak ke gerbang wisuda, tapi lebih jauh mengantarkan mereka masuk ke gerbang Surga.

❤❤❤ Maha benar firman Allah SWT dlm QS At-tahrim (66) : 6. “Wahai org2 yg beriman !, Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yg bahan bakarnya adl manusia dan batu; ….”

Jadi kunci utama pendidik anak itu orang tua. Baik buruknya bersumber dari keluarga. Semoga para orang tua menyadarinya.

Hari ke 12 Petualangan Travelschooler, Malang 2018

Hari ke 12;

14 Maret 2018, Masih terasa capeknya naik gunung kemarin. Hari ini kami pengen diem nggak ngapa2in di hotel. Bangun untuk sholat subuh, lalu tidur lagi. Agak siang kami baru keluar untuk sarapan di warung langganan kami.

Balik lagi ke hotel, mengurus jemuran yang sudah dicuci kemarin sepulang dari Bromo. Alhamdulillah hari ini panas. Jadi jemuran bisa kering. Baju2 ini sebagian mau kami bawa ke Taman Dolan, sebagian akan kami kirim paket ke Semarang besok hari, bareng sama arang dan karpet talang yang tidak jadi terpakai.

Malamnya, kami harus membeli perlengkapan untuk acara Perak besok. Tempat minum (karena area untuk Perak besok zero waste), hadiah untuk tukar kado, lampu senter, makanan, buku gambar sang Jagoan, karena besok ada kelas gambar, dan buku gambar yang dibawanya sudah mau habis. Ternyata buku gambarnya belum dapat malam itu. Yo wes lah dicari besok lagi aja.

Waktunya pulang ke hotel….

Hari ke 11 Petualangan Travelschooler, Bromo – Malang 2018

Hari ke 11;

Hari ini waktunya mendaki….

13 Maret 2018,

Bangun jam 3.00, siap2, bangunin sang Jagoan untuk berangkat. Kira2 jam 3.30 kami meluncur dari hotel, menembus dinginnya udara pagi menuju parkiran jeep. Sampai di sana, petugas yang kami mintai tolong dan sopir jeep suah menunggu. Langsung kami di serbu oleh penjual accesories Bromo : sarung tangan, tutup kepala, slayer, dll. Sebagai penglaris, kami membeli 2 pasang sarung tangan dan penutup kepala.

Mulailah kami naik jeep, jeep yang kami tumpangi berwarna hijau muda, katanya sih ini warna aslinya. Lumayan tua juga jeepnya. Tapi suara mesinnya masih cukup halus, berbahan bakat bensin. Sang Jagoan langsung berbinar saat jeep mulai mundur dari garasi. Dia langsung mengambil tempat di depan, dan duduk sendiri. Luar biasa semangatnya, berani dan PD. Walaupun masih agak mengantuk, tapi dia tetap bersemangat. Naik jeep seketika badan jadi hangat. Masuk area Bromo, kami membayar tiket masuk sekitar 100 rb untuk rombongan kami.

Perjalanan dimulai, kami menuju ke puncak paling atas (penanjakan 1), melewati spot sunrise yang cukup ramai juga dengan letak lebih rendah. Saya pikir, sepertinya kami terlalu pagi, karena masih sekitar hampir jam 4 pagi. Tapi ternyata sampai di penanjakan 1, huaaaa….. jeep sudah banyak yang parkir. Dan kami dapat tempat parkir yang lumayan jauh. Tapi masih oke lah untuk berjalan, ditengah udara dingin, kami berjalan ber 3 lengkap dengan sarung tangan, kaos kaki dan penutup kepala. Beberapa kali ditawari ojek sampai ke atas, tapi sedikit demi sedikit kami berjalan, sampai di sebuah warung kopi, dan kami memutuskan untuk membeli mie instan, khawatir juga dengan sang Jagoan yang perutnya masih kosong dan harus menembus dinginnya udara pagi gunung. Sambil menunggu mie goreng kami dimasak, kami diajak pemilik warung untuk menghangatkan diri di depan arang yang dibakar. Hmmmm…. lumayan hangat. Mie goreng matang dan kami segera makan. Walaupun uap panas masih mengepul, tapi tidak terasa panas sama sekali. Tapi kami harus menahan diri, terutama sang Jagoan, biar nanti tidak menyesal saat turun, karena lidah melepuh. Setelah sholat subuh di warung, kami melanjutkan perjalanan kami lagi. Walaupun tempat sholat yang tersedia sangat sempit dan kami harus sholat sambil duduk, tapi sudah Alhamdulillah kami bisa melaksanakan sholat subuh. Bayangan kami, pasti susah mendapatkan tempat sholat, karena penduduk di situ mayoritas beragama Hindu, dan menurut sopir jeep tadi, disarankan numpang sholat di warung2 sekitar. Walaupun ternyata di atas di dekat tempat menunggu sunrise, ada mushola yang antrinya sangat panjang.

Setelah mampir ke toilet, kami berjalan lagi. Lumayan menanjak dan jaraknya juga lumayan. Kami sampai di tempat menunggu sunrise. Sudah sangat ramai di sana. Kami mendapat tempat duduk yang lumayan nyaman. Sambil menenangkan sang Jagoan yang sudah mulai bosan menunggu. Baginya, menunggu sunrise sangat membosankan. Ternyata setelah sekian lama menunggu, sunrise tidak tampak pagi ini. Cuaca mendung. Walaupun kami sempat mendapatkan pemandangan yang lumayan bagus juga. Tapi masih Alhamdulillah, kami tidak bertemu hujan pagi ini, paling tidak, cuaca cukup nyaman buat kami, terutama buat Sang Jagoan. Mungkin ini isyarat buat kami untuk berkunjung lagi ke Bromo.

Setelah acara melihat sunrise selesai, perjalanan selanjutnya adalah menuruni gunung, menuju bukit telletubies, lautan pasir, kawah gunung bromo. Pertama adalah mengunjungi bukit telletubies yang paling jauh, foto2 di depan bukit yang di selimuti rumput2, seperti bukit tempat bermainnya tellletubies. Kemudian lanjut ke lautan pasir, walaupun dari tadi yang kami lewati adalah lautan pasir, tapi kami menyempatkan diri berhenti sebentar untuk berfoto yang sering disebut sebagai pasir berbisik, sama seperti judul film saja.

Lalu yang paling lama adalah berhenti di kawah bromo. Kalau dilihat dari parkiran jeep, sepertinya kami tidak mungkin sampai puncak, sangat jauh kalau dilihat, apalagi bayangin untuk melewatinya, sepertinya tidak mungkin. Tapi niatan kami adalah menikmati perjalanan kami menuju puncak, kalaupun kali ini nggak bisa sampai puncak juga tak apa, mungkin lain kali bisa sampai puncak. Berkali2 kami ditawari naik kuda, tapi kami tetap menolak. Perjalanan kami lewati sambil bermain pasir dengan sang Jagoan. Membuat goa2 kecil bersamanya, main longsor2an pasir, menggambar di pasir, melewati tanjakan2, sedikit demi sedikit perjalanan kami lewati, tanpa naik kuda.

Sampailah kami di anak tangga. Waaah tinggi sekali yang harus kami lewati. Mendung sudah mulai datang, agak cemas rasanya, membayangkan kalau harus berhujan2 di udara dingin begini. Lalu satu demi satu anak tangga terlewati, tiap 21 (sesuai tanggal lahir sang Jagoan) anak tangga kami berhenti, menghitung sebagai ulang tahunnya dia. 1, 2, 3, 4, 5….. tahun. Alhamdulillah, sampai puncak juga akhirnya. Kami melihat ke bawah, wah luar biasa jauh yang sudah kami lewati. Melihat parkiran jeep sangat jauh, jeep2 yang terparkir terlihat sangat kecil. Kami duduk2 sebentar di puncak, menikmati snack yang kami bawa. Melihat pencapaian kami yang sudah melewati jarak yang begitu jauh. Lalu sang Jagoan bilang, “Trus kita turunnya gimana? Jauh sekali menuju parkiran jeep”. Kami bilang ya nanti pelan2 pasti bisa, kalaupun capek, nanti kita naik kuda.

Waktunya turun gunung, setapak setapak kami lewati. Pas sampai di parkiran kuda, ternyata nggak ada kuda yang kosong, semua sudah dipesan. Ya sudah, berarti kami memang disuruh berjalan lagi sampai parkiran jeep. Perjalanan turun kami lewati sama seperti perjalanan naik tadi. Sambil bermain pasir. Alhamdulillah, akhirnya sampai juga di parkiran jeep. Kami termasuk rombongan terakhir yang turun. Dari sekian banyak jeep yang terparkir saat kami naik tadi, tinggal beberapa saja yang masih di sana.

Selesai sudah rangkaian safari wisata bromo nya. Waktunya pulang kembali ke hotel. Sesampai di parkiran jeep kira2 jam 11 siang, hujan mulai turun. Alhamdulillah kami ketemu hujan posisi sudah di sini. Lalu kami makan di warung deket parkiran jeep.

Pelajaran yang bisa kami ambil adalah belajar untuk menjadi “a home team”. Walaupun papa sudah sangat biasa mendaki gunung, dan baginya ini termasuk dalam kategori gunung yang mudah baginya, tapi bagi saya dan sang Jagoan, ini adalah gunung pertama kami untuk didaki. Papa harus menahan diri untuk tidak mendaki sendiri, rela bersabar menunggu kami yang harus tertatih2 mendaki. Sedangkan bagi kami, kami harus tetap berusaha dan tetap kuat agar bisa tetap mendaki.

Kira2 jam 12 siang, hujan sudah mulai reda. Kami melanjutkan perjalanan menuju hotel. Berkemas dan segera check out. Lalu perjalanan berlanjut menuju Malang. Malam ini kami bermalam di hotel di Malang. Perjalanan turun kami lewat jalan yang berbeda. Kali ini kami lewat Pasuruan, tenyata jalannya bagis, lebar dan tidak terlalu menanjak. Ternyata kami salah jalan pas berangkatnya. Perjalanan turun terasa berat, karena kami sudah capek dan ngantuk. Di tambah lagi sang Jagoan sudah tertidur pulas dari tadi. Mampir dulu makan kupang sebelum sampai di hotel. Kami sampai kira2 jam 5 sore.

Alhamdulillah. Mandi dan siap tidur….

Hari ke 10 Petualangan Travelschooler, Malang – Bromo 2018

Hari ke 10;

BROMO, kami datang…..

12 Maret 2018 ini kami berencana untuk melanjutkan petualangan ke Bromo. Setelah kemarin sempat ngobrol dengan petugas hotel, kami diperbolehkan nitip barang2 selama kami ke Bromo. Tapi kami langsung bayar untuk biaya hotel besok lusa. Jadi hari ini kami check out, sampai besok. Trus lusa kami balik untuk menginap di sini lagi.

Berangkat dari hotel jam 11 siang, mampir untuk shoat dzuhur dulu lalu melanjutkan perjalanan kami. Ternyata jalan yang kami lewati lumayan mendaki, belak belok dan rusak, udara pun sudah mulai terasa dingin. Mampir membeli bakso ice cream yang enak. Lalu perjalanan kami lanjutkan lagi.

Tambah naik, tambah dingin. Apalagi gerimis sudah mulai turun. Tadinya niat mau menerjang gerimis, tapi lama kelamaan kalau baju basah ketemu udara dingin, bisa jadi sumber masalah ni. Akhirnya kami berteduh di rumah kosong sebentar, setelah hujan sudah mulai reda, perjalanan kami lanjutkan lagi. Kali ini kami memakai jas hujan yang ada di motor. Udara tambah dingin, kami sangat khawatir dengan sang Jagoan yang kedinginan dan harus duduk di depan. Karena kalau dia duduk di tengah, bisa2 motornya nggak kuat nanjak. Dia sudah lengkap memakai kaos kaki yang dipakai di kaki dan kaos kaki yang dijadikan kaos tangan.

Sesampai di pintu masuk area Bromo, desa terakhir, kami diberi tahu petugas kalau sebaiknya kami masuk besok paginya. Dia menyarankan sekitar jam 3 pagi kami sudah harus sampai di parkiran Jeep untuk diantar naik. Dia juga menawarkan jasa sewa jeep dan homestay untuk kami tinggal malam ini. Tapi sayang, homestay yang beliau tawarkan kurang pas buat kami. Jadi kami hanya memberi DP 100 rb (dari total sewa jeep 550 rb) untuk jeep besok paginya saja, masalah homestay, kami akan mencari sendiri. Alhamdulillah dapat hotel yang lumayan nyaman dengan harga 200 rb, kami dapat kamar di lantai 2, ada beranda yang bisa kami pakai untuk nyangkruk sore itu. Disediakan juga air panas 1 thermos lengkap dengan kopi, teh dan gulanya. Siap2 nyangkruk, kursi dan meja mulai dikeluarkan dan membuat minuman hangat, sambil menikmati camilan yang kami beli di toko pemilik homestay. Ditambah lagi kentang goreng hangat sebagai makanan selamat datang dari pemilik homestay. Nyangkruk jadi semakin asik dengan pemandangan yang bagus dari beranda homestay. Hutan pinus, lengkap dengan kabut yang mulai turun, menambah bagus pemandangan sore itu.

Maghrib sudah datang, waktunya masuk kamar, udara di luar juga sudah mulai dingin. Setelah sholat maghrib dan isya’, kami langsung tidur, karena besok pagi kami harus bangun pagi. Karena kami janjian dengan pemilik jeep jam 3 pagi.